PERTEMUAN
KULIAH KELIMA (RABU, 19 November 2014)
MATA
KULIAH PERILAKU KEORGANISASIAN
METODE
PEMBELAJARAN
Andragogi
berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yakni ‘Andra’ berarti orang dewasa
dan ‘Agogos’ berarti memimpin. Andragogi kemudian dirumuskan sebagai
"Suatu seni dan ilmu untuk membantu orang dewasa belajar". Kata
andragogi pertama kali digunakan oleh Alexander Kapp pada tahun 1883 untuk
menjelaskan dan merumuskan konsep-konsep dasar teori pendidikan Plato.
Pedagogi dari bahasa Yunani, paid berarti
kanak-kanak dan agogos berarti memimpin. Kemudian Pedagogi mengandung arti memimpin
anak-anak atau perdefinisi diartikan secara khusus sebagai "suatu ilmu dan
seni mengajar kanak-kanak". Akhirnya pedagogi kemudian didefinisikan
secara umum sebagai "ilmu dan seni mengajar".
perbedaan antara pengertian pedagogi
dengan pengertian andragogi yang telah dikemukakan, harus dilihat terlebih
dahulu empat perbedaan mendasar, yaitu :
1. Citra Diri
1. Citra Diri
Citra diri seorang anak-anak tergantung
pada orang lain. Perubahan dari citra ketergantungan kepada orang lain menjadi
citra mandiri. Hal ini disebut sebagai pencapaian tingkat kematangan psikologis
atau tahap masa dewasa. Dengan demikian, orang yang telah mencapai masa dewasa
akan berkecil hati apabila diperlakukan sebagai anak-anak. Dalam masa dewasa
ini, seseorang telah memiliki kemauan untuk mengarahkan diri sendiri untuk
belajar. Dorongan hati untuk belajar terus berkembang dan seringkali justru
berkembang sedemikian kuat untuk terus melanjutkan proses belajarnya tanpa
batas. Implikasi dari keadaan tersebut adalah dalam hal hubungan antara guru dan
murid. Pada proses andragogi, hubungan itu bersifat timbal balik dan saling
membantu. Pada proses pedagogi, hubungan itu lebih ditentukan oleh guru dan
bersifat mengarah.
2. Pengalaman
Orang dewasa dalam hidupnya mempunyai
banyak pengalaman yang sangat beraneka. Pada anak-anak, pengalaman itu justru
hal yang baru sama sekali.Anak-anak memang mengalami banyak hal, namun belum
berlangsung sedemikian sering. Dalam pendekatan proses andragogi, pengalaman
orang dewasa justru dianggap sebagai sumber belajar yang sangat kaya. Dalam
pendekatan proses pedagogi, pengalaman itu justru dialihkan dari pihak guru ke
pihak murid. Sebagian besar proses belajar dalam pendekatan pedagogi, karena
itu, dilaksanakan dengan cara-cara komunikasi satu arah, seperti ; ceramah,
penguasaan kemampuan membaca dan sebagainya. Pada proses andragogi, cara-cara
yang ditempuh lebih bersifat diskusi kelompok, simulasi, permainan peran dan
lain-lain. Dalam proses seperti itu, maka semua pengalaman peserta didik dapat
didayagunakan sebagai sumber belajar.
3. Kesiapan Belajar
Perbedaan ketiga antara pedagogi dan
andragogi adalah dalam hal pemilihan isi pelajaran. Dalam pendekatan pedagogi,
gurulah yang memutuskan isi pelajaran dan bertanggung jawab terhadap proses
pemilihannya, serta kapan waktu hal tersebut akan diajarkan. Dalam pendekatan
andragogi, peserta didiklah yang memutuskan apa yang akan dipelajarinya
berdasarkan kebutuhannya sendiri. Guru sebagai fasilitator.
4. Nirwana Waktu dan Arah Belajar
4. Nirwana Waktu dan Arah Belajar
Pendidikan seringkali dipandang sebagai
upaya mempersiapkan anak didik untuk masa depan. Dalam pendekatan andragogi,
belajar dipandang sebagai suatu proses pemecahan masalah ketimbang sebagai
proses pemberian mata pelajaran tertentu. Karena itu, andragogi merupakan suatu
proses penemuan dan pemecahan masalah nyata pada masa kini. Arah pencapaiannya
adalah penemuan suatu situasi yang lebih baik, suatu tujuan yang sengaja
diciptakan, suatu pengalaman pribadi, suatu pengalaman kolektif atau suatu
kemungkinan pengembangan berdasarkan kenyataan yang ada saat ini. Untuk
menemukan "dimana kita sekarang" dan "kemana kita akan
pergi", itulah pusat kegiatan dalam proses andragogi. Maka belajar dalam
pendekatan andragogi adalah berarti "memecahkan masalah hari ini",
sedangkan pada pendekatan pedagogi, belajar itu justru merupakan proses
pengumpulan informasi yang sedang dipelajari yang akan digunakan suatu waktu
kelak.
Langkah-langkah Pelaksanaan Andragogi
Langkah-langkah kegiatan dan
pengorganisasian program pendidikan yang menggunakan asas-asas pendekatan
andragogi, selalu melibatkan tujuh proses sebagai berikut :
1.
Menciptakan
iklim untuk belajar
2.
Menyusun
suatu bentuk perencanaan kegiatan secara bersama dan saling membantu
3.
Menilai
atau mengidentifikasikan minat, kebutuhan dan nilai-nilai
4.
Merumuskan
tujuan belajar
5. Merancang kegiatan belajar
6.
Melaksanakan
kegiatan belajar
7. Mengevaluasi hasil belajar (menilai kembali
pemenuhan minat, kebutuhan dan
pencapaian
nilai-nilai.
Prinsip-prinsip
Belajar untuk Orang Dewasa
- Pembelajaran adalah proses yang berterusan. Orang dewasa merasakan keperluan dalam berbagai bidang kemahiran dan pengalaman yang dimiliki adalah penting bagi masa depan mereka.
- Orang dewasa belajar dengan lebih baik apabila secara personelnya mereka terlibat dalam proses merancang, menilai dan melaksanakan persekitaran mereka tanpa mengganggu tahap keselamatan estim diri mereka.
- Orang dewasa memilih dan suka belajar bagi memudahkan mereka mengetahui tahap kebolehan dan kemahiran yang dimiliki dalam semua situasi pembelajaran.
- Orang dewasa belajar dengan baik apabila mereka mempunyai motivasi untuk berubah, self-discovered atau mempunyai kemahiran dan strategi spesifik.
Orang Dewasa sebagai Pelajar Menurut
Knowles terdapat empat definisi dewasa yaitu:
- Daripada aspek biologi: Individu itu mencapai tahap dewasa apabila mencapai peringkat umur tertentu dan mampu melahirkan anak.
- Daripada aspek undang-undang: Individu itu dianggap dewasa apabila mencapai syarat yang tertakluk dalam undang-undang dan membolehkan dia terlibat dalam mengundi, memiliki lesen memandu dan berkahwin.
- Daripada aspek sosial: Individu itu dianggap dewasa apabila dia dapat memainkan peranan sebagai orang dewasa, bekerja sepenuh masa dan berumah tangga.
- Daripada aspek psikologi: Individu itu dianggap dewasa apabila dia mencapai tahap kesempurnaan sendiri di mana dia mampu menguruskan hidupnya sendiri.
Perbedaan antara pedagogi dengan andragogi
1. Siswa
atau pelajar
Dalam
pedagogi, siswa sangat tergantung pada guru. Guru mengasumsikan dirinya bahwa
ia yang bertanggung jawab penuh terhadap apa yang akan diajarkan dan bagaimana
mengajarkannya. Guru yang mengevaluasi hasil belajar. Sementara dalam
andragogi, siswa kerap mandiri , siswalah yang mengarahkan dirinya untuk
belajar apa dan bagaimana. Jadi, siswa yang bertanggung jawab atas belajarnya
sendiri bukan guru, guru hanya sebatas fasilitator.Begitu
pula dengan evaluasi, siswa perlu diberikan peluang yang cukup besar untuk
melakukan evaluasi diri (self-assessment).
2. Peran
pengalaman siswa atau pelajar
Dalam
pedagogi, pengalaman guru yang lebih dominan. Siswa mengikuti aktifitas
belajar, dimana ia sendiri tidak banyak mengalami sesuatu, kecuali sebagai
peserta pasif. Sedangkan dalam andragogi, pelajar mengalami sesuatu secara
leluasa. Pengalaman menjadi sumber utama mengidentifikasi penguasaan dirinya
akan sesuatu. Satu sama lain saling berperan sebagai sumber belajar.
3. Orientasi
terhadap belajar
Dalam
pedagogi, pembelajaran dianggap sebagai proses perolehan suatu pengetahuan yang
telah ditentukan sebelumnya. Materi belajar telah diurutkan secara sistematis
dan logis sesuai dengan topik-topik mata ajar.Sedangkan dalam andragogi
sebaliknya.Pelajar harus memiliki keinginan untuk menguasai suatu
pengetahuan/keterampilan tertentu, atau pemecahan masalah tertentu yang dapat
membuat dirinya sendiri puas.Pelajaran harus relevan dengan kebutuhan tugas
nyata pemelajar itu sendiri.Mata belajar didasarkan atas situasi pekerjaan atau
kebutuhan real pelajar, bukan berdasarkan topik-topik tertentu yang sudah
ditentukan.
4. Motivasi
belajar;
Dalam
pedagogi, motivasi datang secara eksternal, artinya disuruh atau diwajibkan
atau dituntut untuk mengikuti suatu pendidikan tertentu.Dalam andragogi,
motivasi lebih bersifat internal, datang dari diri sendiri sebagai wujud dari
aktualisasi diri, penghargaan diri.
PEMIMPIN MANAJERIAL
Menurut Stoner, kepemimpinan
manajerial dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengarahan dan pemberian
pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling berhubungan
tugasnya. Ada 3 implikasi penting dari definisi tersebut :
1. Kepemimpinan menyangkut orang lain –
bawahan atau pengikut.
2. Kepeminpinan menyangkut suatu
pembagian kekuasaanyang tidak seimbang di antara para pemimpin dan anggota
kelompok
3. Pemimpin dapat mempergunakan
pengaruh
Personality
atau authority merupakan salah satu
contoh sifat-sifat kepemimpinan.
Pemimpin disegani dan berwibawa terhadap bawahan karena kecakapan dan
kemampuan serta didukung perilakunnya yang baik. Pemimpin (leader) dapat memimpin organisasi
formal maupun informal, dan menjadi panutan bagi bawahan (pengikut) nya. Biasanya tipe kepemimpinannya adalah
“partisipatif leader” dan falsafah kepemimpinannya adalah “pimpinan untuk
bawahan”.
Manager
merupakan seorang pemimpin, yang dalam praktek kepemimpinannya hanya
berdasarkan “kekuasaan atau authority formalnya” saja.Bawahan atau karyawan
atau staf menuruti perintah-perintahnya karena takut dikenakan hukuman oleh
manajer tersebut.Manajer biasanya hanya dapat memimpin organisasi formal saja
dan tipe kepemimpinannya ialah “autocratis
leader” dengan falsafahnya ialah bahwa “bawahan adalah untuk pemimpin”.
Pimpinan
(leader) memiliki fungsi dasar mengarahkan dan menggerakkan seluruh bawahan
untuk bergerak pada arah yang sama yaitu tujuan. Sedangkan fungsi seorang
manajer berkaitan dengan manajemen, yaitu kegiatan-kegiatan seputar perencanaan
(planning), pengorganisasian (organising), penempatan staff (staffing), pengarahan (directing) dan kontrol (controlling).Dalam menjalankan
fungsinya, seorang manajer lebih sering memanfaatkan wewenang dan kekuasaan
jabatan secara struktural yang memiliki kekuatan mengikat dengan dapat
melakukan paksaan atau hukuman untuk mengarahkan bawahan. Sedangkan seorang
pemimpin (leader) lebih menekankan
pengaruh atau karisma yang dimilikinya sehingga bawahan secara sadar untuk
mengikuti arahan sang pemimpin. Ia menstimulasi, memfasiltasi, dan
berpastisipasi dalam setiap kegiatan yang menginginkan bawahan mengikutinya.
Tidak dengan hadiah, paksaan atau hukuman.
Pendekatan-pendekatan studi kepemimpinan
Penelitian dan teori-teori
kepemimpinan dapat diklasifikasikan sebagai pendekatan-pendekatan kesifatan,
perilaku dan situasional “contingency” dalam studi tentang kepemimpinan.
Pendekatan pertama memandang kepemimpinan sebagai suatu kombinasi sifat-sifat (traits)
yang tampak.
Pendekatan kedua bermaksud mengidentifikasikan perilaku-perilaku (behaviors)
pribadi yang berhubungan dengan kepemimpinan efektif. Kedua pendekatan ini
mempunyai anggapan bahwa seorang individu yang memiliki sifat-sifat tertentu
atau memperagakan perilaku-perilaku tertentu akan muncul sebagai pemimpin dalam situasi
kelompok apapun dimana dia berada.
Pemikiran dan penelitian sekarang
mendasarkan pada pendekatan ketiga, yaitu pandangan situasional tentang kepemimpinan.
Pandangan ketiga, yaitu pandangan situasional tentang kepemimpinan.
Pandangan ini menganggap bahwa kondisi yang menentukan efektifitas kepemimpinan
bervariasi dengan situasi, tugas-tugas yang dilakukan,keterampilan dan
pengharapan bawahan, lingkungan organisasi,pengalaman masa lalu pemimpin dan
bawahan dan sebagainya. Pandangan ini menimbulkan pendekatan “contingency” pada
kepemimpinan, yang bermaksud untuk menetapkan faktor-faktor situasional yang
menentukan seberapa besar efektifitas situasi gaya kepemimpinan tertentu.
Pendekatan sifat-sifat kepemimpinan
Usaha sistematik pertama yang
dilakukan oleh para psikolog dan para peneliti lainnya untuk memahami
kepemimpinan adalah mengidentifikasikan sifat-sifat pemimpin. Sebagian besar
penelitian-penelitian awal tentang kepemimpinan ini bermaksud untuk :
1. Membandingkan sifat-sifat orang yang
menjadi pemimpin dengan sifat-sifat yang menjadi pengikut
2. Mengidentifikasikan ciri-ciri dan
sifat yang dimiliki oleh para pemimpin efektif
Gaya-gaya Kepemimpinan
Ada dua gaya kepemimpinan yang telah
diidentifikasikan oleh para ahli yaitu :
1. Gaya dengan orientasi tugas
(task-oriented)
Manajer
berorientasi tugas mengarahkan dan mengawasi bawahan secara tertutup untuk
menjamin bahwa tugas yang dilaksanakan sesuai yang diinginkannya
2. Gaya dengan orientasi karyawan
(employee-oriented).
Manajer
berorientasi karyawan mencoba untuk lebih memotivasi bawahannya dibanding
mengawasi mereka
SUMBER :
http://sucistieww.blogspot.com/2012/10/kepemimpinan-manajerial.html
KARAKTERISIK
PIMPINAN YANG BAIK
1.
Pengetahuan dan Wawasan yang Luas
Pemimpin harus
mempunyai pengetahuan dan wawasan luas tentang bidang bisnis dan organisasi
yang digelutinya. Hal tersebut harus dimilik agar menjadi pemimpin yang
professional, sehingga organisasi dapat berjalan dengan efektif dan
menghasilkan keuntungan;
2.
Kuasai diri
sendiri / stabilitas emosiSeorang
pemimpin seharusnya bisa menguasai ego. Tidak memiliki prasangka jelek terhadap
bawahan dan percaya pada diri sendiri harus lebih besar;
3.
Pengalaman yang luas
Pengalaman lebih penting daripada
pengetahuan. Pengalaman bukan berarti harus mengalami langsung, tetapi dapat
berasal dari pengalaman orang lain. Semua hal yang dialami dalam hidup akan
membentuk karakter diri. Jiwa kepemimpinan itu terbentuk seiring berjalannya
waktu;
4.
Pemimpin itu
harus memberi teladan
Pemimpin dalam menjalankan fungsi
manajemen, harus menjadi panutan dan teladan dalam sikap, tindak-tanduk dan
perilaku;
5.
Berorientasi
pada hasil
Meskipun proses penting, hasil adalah yang
utama. Pemimpin suatu organisasi harus berorientasi pada hasil guna mendongkrak
kinerja organisasi;
6.
Tegas dalam
memberikan Reward and Punishment
Leader sebaiknya mempunya kosistensi dalam
memberikan reward kepada karyawan yang telah berdedikasi tinggi kepada
organisasi dan tegas dalam memberikan punishment bagi karyawan yang tidak
disiplin;
7.
Berani meminta
maaf dan mengucapkan terima kasih
Sebagai seorang leader
diperlukan keberanian meminta maaf apabila melakukan kesalahan dan berterima
kasih atas bantuan yang dilakukan seseorang kepada dirinya;
8.
Techinal Competent
Pemimpin harus
memiliki kecakapan menganalisis, merencanakan, menganalisiss, mendelegasikan
wewenang dan mengambil keputusan serta menyusun konsep;
9.
Mau Terjun Langsung
Pemimpin harus
mau melihat kondisi bawahanya dan lapangan. Tidak hanya berada di kantor saja.
Sehingga pemimpin dapat mengetahui kondisi nyata di lapangan dan bukan berasal
dari laporan semata;
10.
Mengembangkan bakat karyawan
Melibatkan
karyawan untuk dapat melakukan pekerjaan dengan baik. Memungkinkan karyawan
dapat bertindak, memberikan diklat-diklat dan study banding untuk memperdalam
pengetahuan karyawan.
Salah
satu tokoh inspiratif karakteristik Leader di Indonesia yaitu Ignasius Jonan. Siapa
yang tidak kenal dengan beliau.Sosok yang berhasil mengembangkan transformasi transportasi
public. Mari kita bahas biografi beliau.
Pendidikan
Formal :
1. Fletcher School, Tufts University, AS
2. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi, Universitas Airlangga
3. SMAK St. Louis I, Surabaya
Karir
:
- PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero), Direktur Utama, 2001 s.d. 2006
- Citibank/Citigroup, Director tahun 1999 s.d. 2001 dan Managing Director tahun 2006 s.d. 2009
- Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero), Direktur Utama, 2009 s.d. 2014
- Menteri Perhubungan Kabinet Kerja Joko Widodo, 2014 - saat ini
Ignasius Jonan berhasil membenahi PT Bahana
Pembinaan Usaha Indonesia (Persero) dan sukses di Citibank/Citigroup. Kemudian beliau menjadi Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero). Ketika itu PT Kereta Api Indonesia (Persero) merupakan salah
satu perusahaan BUMN yang sedang merugi dan mengalami berbagai problem serta adanya
tuntutan public yang ingin transportasi lebih baik. Karir Beliau sebagai Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) membuat Beliau
menjadi panutan. Walaupun Beliau belum pernah berkarir di bidang bisnis
transportasi. Selama di PT Kereta Api Indonesia, ia sukses membalikkan kerugian
Rp 83,5 miliar pada 2008 menjadi keuntungan Rp 154,8 miliar pada 2009. Pada
tahun 2013, bahkan telah mencatatkan laba sebesar Rp 560,4 miliar. Jonan juga
melipat gandakan aset KAI dari Rp 5,7 triliun
pada 2008, menjadi Rp 15,2 triliun pada 2013, atau terjadi peningkatan
mendekati tiga kali lipat.
Berbagai gerbrakan dilakukannya demi memuaskan para
konsumen kereta api. Berikut sedikit gerbrakan yang pernah Beliau lakukan :
1. Membuat
toilet menjadi layak pakai bahkan seperti hotel berbintang. Tidak seperti dahulu
yang bau, kotor dan tidak higenis;
2. Menerapkan larangan
merokok dalam kereta api maupun stasiun-stasiun. Tetapi disediakan ruang untuk merokok
diujung peron setiap stasiun;
3. Menertibkan pedagang-pedagang
kaki lima yang ada di dalam kereta maupun di area stasiun;
4. Melakukan penertiban
bangunan-bangunan liar yang asset-aset perusahaan, kemudian memanfaatkan untuk memperoleh
keuntungan;
5. Membuat stasiun-stasiun
menjadi salah satu fasilitas umum yang bersih, aman dan nyaman;
6. System
penjualan tiket yang dapat dibeli di mana saja, seperti: indomart, kantor pos,
alfamart, paditrain, kai access, 121 dll. Sehingga tidak perlu antri lagi.
Bahkan sekarang dikembangkan system CTM (Cetak Tiket Mandiri) yang merupakan alat
yang memudahkan konsumen dalam menukarkan struk ke dalam bentuk tiket yang
dapat dilakukan sendiri di stasiun-stasiun;
7. Sistem
boarding pass untuk memberantas calo. Sistem boarding pass merupakan system pemeriksaan data diri dengan
tiket yang harus sesuai identitas. Adanya system tersebut tidak mempersulit penumpang
karena identitas bukan hanya dapat KTP saja, tetapi dapat SIM, Paspor, KK,
Akte, Surat Nikah dll (asalkan asli);
8. Melakukan
system piket bagi karyawan PT Kereta Api Indonesia (Persero) untuk dapat memaksimalkan
kepuasan konsumen;
9. Pengelolaan manajemen
SDM dengan memberikan reward (kenaikan pangkat, study banding, penghargaan)
bagi karyawan yang berdedikasi dan punishment bagi karyawan yang tidak disipin.
Penghargaan
yang pernah diraih Ignasius Jonan :
a.
Best of The Best CEO
b.
Transformasi BUMN
c.
Marketeers of The Year
d.
People of The Year
a.
Inovasi Manajemen BUMN terbaik
b.
Inovasi Layanan terbaik
c.
Inovasi produk jasa BUMN terbaik
d. CEO BUMN
inovasi terbaik
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Ignasius_Jonan
0 komentar:
Posting Komentar